Natriuretic Peptides as Biomarkers: Narrative Review and Considerations in Cardiovascular and Respiratory Dysfunctions.

Natriuretic peptides (NPs) encompass a family of structurally related hormone/paracrine factors acting through the natriuretic peptide system regulating cell proliferation, vessel tone, inflammatory processes, neurohumoral pathways, fluids, and electrolyte balance. The three most studied peptides are atrial natriuretic peptide (ANP), brain natriuretic peptide (BNP), and C-Type natriuretic peptide (CNP). ANP and BNP are the most relevant NPs as biomarkers for the diagnosis and prognosis of heart failure and underlying cardiovascular diseases, such as cardiac valvular dysfunction, hypertension, coronary artery disease, myocardial infarction, persistent arrhythmias, and cardiomyopathies. Cardiac dysfunctions related to cardiomyocytes stretching in the atria and ventricles are primary elicitors of ANP and BNP release, respectively. ANP and BNP would serve as biomarkers for differentiating cardiac versus noncardiac causes of dyspnea and as a tool for measuring the prognosis of patients with heart failure; nevertheless, BNP has been shown with the highest predictive value, particularly related to pulmonary disorders. Plasma BNP has been reported to help differentiate cardiac from pulmonary etiologies of dyspnea in adults and neonates. Studies have shown that COVID-19 infection also increases serum levels of N-terminal pro b-type natriuretic peptide (NT-proBNP) and BNP. This narrative review assesses aspects of ANP and BNP on their physiology, and predictive values as biomarkers. We present an overview of the NPs' synthesis, structure, storage, and release, as well as receptors and physiological roles. Following, considerations focus on ANP versus BNP, comparing their relevance in settings and diseases associated with respiratory dysfunctions. Finally, we compiled data from guidelines for using BNP as a biomarker in dyspneic patients with cardiac dysfunction, including its considerations in COVID-19.

Fungsi keluarga dalam pencegahan COVID-19 pada masyarakat kota Makassar

Angka kejadian COVID-19 menurut data WHO per tanggal 16 Juli 2021 mencapai 188.655.968 kasus dengan angka kematian mencapai 4.067. 517 orang. Data di Indonesia sejak tanggal 3 Januari 2020 hingga16 Juli 2021 jumlah kasus terkonfirmasi COVID-19 mencapai 2.780.803 kasus dengan angka kematian sebanyak 71.397 kematian. Menurut data Sulsel Tanggap COVID-19 diketahui bahwa total kasus terkonfirmasi hingga tanggal 16 Juli 2021 sebanyak 71.034 kasus 64.163 (903%) kasus diantaranya dinyatakan sembuh dan 1.066 (15%) dinyatakan meninggal. Terkhusus di Kota Makassar berdasarkan pantauan data pada tanggal yang sama disebutkan bahwa jumlah total kasus sebesar 39.680 kasus dengan jumlah kematian sebesar 594 orang. Berdasarkan data tersebut pemerintah terus menggalakkan program untuk mencegah dan menurunkan angka penyebaran COVID-19 ini. Sejak bulan Maret 2020 Pemerintah mengeluarkan surat edaran Gubernur Sulawesi Selatan tentang Himbauan kepada Masyarakat di Provinsi Sulawesi Selatan terkait Pencegahan Penularan Corona Virus Disease 2019 (COVID-19). Oleh karenanya banyak orangtua yang kemudian harus terbiasa bekerja dari rumah dan anak usia sekolah yang harus beradaptasi dengan pembelajaran virtual untuk waktu yang lebih panjang. Transisi ini tentu membawa dampak fisiologis psikologis hingga ekonomi bagi masyarakat karena harus beradaptasi dengan perubahan tersebut. PPKM ini juga menyebabkan lebih banyaknya waktu terporsir dari rumah sehingga aktivitas bersama keluarga menjadi lebih intensif. Hal ini tentu saja memberikan kesempatan kepada masyarakat untuk mendapatkan waktu berkualitas bersama keluarga dan secara bersama-sama mengupayakan pencegahan dan penyebaran COVID-19. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif untuk menilai fungsi keluarga selama masa pandemi COVID-19 pada masyarakat Kota Makassar dengan pendekatan deskriptif melalui pengisian kuesioner pada google form. Alasan pemilihan lokasi penelitian ini adalah tingginya angka kejadian COVID-19 di Provinsi Sulawesi Selatan khususnya di Kota Makassar. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar keluarga responden menjalankan fungsi keluarga dengan baik diantaranya fungsi keagamaan sosial budaya perlindungan ekonomi instrumental sosialisasi dan pendidikan dan pembinaan lingkungan dan sebagian besar keluarga responden kurang menjalankan fungsi afektif/cinta kasih dengan baik. Kesimpulan: sebagian besar keluarga responden menjalankan fungsi keluarga dengan baik. Saran: Perlu sosialisasi mengenai pentingnya fungsi keluarga dalam menguatkan anggota keluarga selama masa pandemi COVID-19 misalnya keluarga menunjukkan fungsi afeksi secara langsung melalui pemberian semangat dan menyediakan waktu berkualitas bersama selama masa pandemi.

Comparison of Tracheal vs Nasopharyngeal Secretions for SARS-CoV-2 RT-PCR Testing in Patients With Tracheostomy.

This study compares nasopharyngeal and tracheal samples for COVID-19 viral testing in patients with a tracheostomy. This was a prospective cohort study done at 2 academic hospitals between March and June 2020. Patients admitted through the emergency department who had a COVID-19 test and an existing tracheostomy or underwent a tracheostomy during the admission period were included. Patients with a positive initial nasopharyngeal swab were placed in the experimental group (n = 8), while those with a negative swab were the control group (n = 7). Nasopharyngeal and tracheal samples underwent COVID-19 testing using the Abbott RealTime SARS-CoV-2 RNA assay. Fourteen patients underwent tracheostomy, and 1 had an existing tracheostomy. The average duration of viral shedding in nasopharyngeal samples was 20.9 days. One patient (6.7%) tested positive in tracheal secretions after a negative nasopharyngeal swab. In the remaining patients (93.3%), the nasopharyngeal and tracheal specimens correlated.